Gareng
adalah tokoh punakawan yang memiliki tampilan fisik jauh dari kata ganteng atau
sempurna seperti para ksatria Pandawa yang memilik fisik paras rupawan. Dia
suka bercanda dan memiliki ketulusan pengabdian terhadap tuannya. Gareng adalah
punakawan yang berkaki pincang. Hal ini merupakan sebuah sanepa dari sifat
Gareng sebagai kawula yang selalu hati-hati dalam bertindak. Selain itu, cacat
fisik Gareng yang lain adalah tangan yang ciker atau patah. Ini adalah sanepa
bahwa Gareng memiliki sifat tidak suka mengambil hak milik orang lain.
Diceritakan bahwa tumit kanannya terkena semacam penyakit bubul. Nama lengkap
dari Gareng sebenarnya adalah Nala Gareng, hanya saja masyarakat sekarang lebih
akrab dengan sebutan “Gareng”.
Jauh
sebelum menjadi seorang punakawan, Gareng adalah sosok satria sakti dan tampan
bernama Bambang Sukodadi dari padepokan Bluktiba. Dengan segala kelebihannya
tersebut, Bambang Sukodadi menjadi sombong dan selalu menantang setiap ksatria
yang dia temui. Kesombongan Bambang Sukodadi berakhir ketika dia selesai
melakukan pertapaan panjangnya. Dan Nala Gareng dianggat oleh Ki Badranaya
sebagai anak tertuanya dan menjadi pengasuh para Pandawa.
Nala adalah hati, Gareng (garing) berarti kering, atau gering,
yang berarti menderita. Nala Gareng berarti hati yang menderita. Maknanya
adalah perlambang “laku” prihatin. Namun Nala Gareng diterjemahkan pula sebagai
kebulatan tekad. Dalam serat Wedhatama disebutkan gumeleng agolong-gilig.
Merupakan suatu tekad bulat yang selalu mengarahkan setiap perbuatannya bukan
untuk pamrih apapun, melainkan hanya untuk netepi kodrat Hyang Manon.
Nala Gareng menjadi simbol duka-cita, kesedihan, nelangsa.
Sebagaimana yang tampak
dalam wujud fisik Nala Gareng merupakan sekumpulan simbol yang menyiratkan
makna sebagai berikut:
a.
Mata Juling:
Mata sebelah kiri mengarah keatas dan ke samping.
Maknanya Nala Gareng selalu memusatkan batinnya kepada Hyang Widhi.
b.
Lengan Bengkok atau cekot/ceko :
Melambangkan bahwasannya manusia tak akan bisa berbuat
apa-apa bila tidak berada pada kodrat atau kehendak Hayng Widhi.
c.
Kaki Pincang, jika berjalan sambil jinjit :
Artinya Nala Gareng merupakan manusia yang sangat
berhati-hati dalam melangkah atau dalam mengambil keputusan. Keadaan fisik nala
Gareng yang tidak sempurna ini mengingatkan bahwa manusia harus bersikap awas
dan hati-hati dalam menjalani kehidupan ini karena sadar akan sifat dasar
manusia yang penuh dengan kelemahan dan kekurangan.
d.
Mulut Gareng :
Mulut gareng berbentuk aneh dan lucu, melambangkan ia
tidak pandai bicara, kadang bicaranya sasar-susur (belepotan) tak
karuan. Bicara dan sikapnya serba salah, karena tidak merasa percaya diri.
Namun demikian Nala Gareng banyak memiliki teman, baik di pihak kawan maupun
lawan. Inilah kelebihan Nala Gareng, yang menjadi sangat bermanfaat dalam
urusan negosiasi dan mencari relasi, sehingga Nala Gareng sering berperan
sebagai juru damai, dan sebagai pembuka jalan untuk negosiasi. Justru dengan
banyaknya kekurangan pada dirinya tersebut, Nala Gareng sering terhindar dari celaka
dan marabahaya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar