Dalam perangan Batarayuda, Puntadewa-lah yang dapat mengalahkan
Prabu Salya yang memiliki ajian Candrabirawa sebagai simbol dari ilmu sihir.
Prabu Salyo adalah kakak Madri. dia mendapatkan Ajian Candrabirawa yang menurut
sejarah orang yang memiliki ilmu tersebut tidak bisa mati oleh pusaka apapun
ketika ditancapkan ketubuhnya. Dalam cerita pernikahan Norosomo/ salyo
mendapatkan istri cantik yang bernama Dewi pujawati berasal dari bangsa
raksasa. Bagaspati adalah mertua dari Prabu Salyo yang berwajah Raksasa buruk
rupa. Demi membahagiakan anaknya untuk dinikahi Salyo, Bagaspati rela
mengorbankan nyawanya karena Prabu Salyo merasa jijik kepada mertuanya
tersebut. Dibentuklah pertemuan keduanya tanpa sepengetahuan dewi Pujawati,
Bagaspati menyuruh Prabu Salyo membunuhnya tetapi tak satupun pusaka mampu
membunuhnya. Hingga ia sadar kalau dia memiliki Ajian Candrabirawa dan agar ia
bisa mati maka harus dihilangkan pusaka tersebut dalam dirinya. Setelah
Bagaspati mewariskan ajian Candrabirawa kepada salyo maka dengan mudah
Bagaspati dibunuh,.
Dalam perang Batharayuda Prabu Salyo adalah pendukung dari pasukan
Kurawa. Menjelang perang besar Bhatarayudha ia ditipu oleh kurawa sehingga ia
terpaksa harus berperang melawan Pandhawa. Prabu Salyo adalah pemanah ulung.
Yang menarik karena Islam telah masuk di Jawa dan berpengaruh dalam
pewayangan maka Sunan Kalijaga membuat cerita yang sedikit berubah. Diceritakan
Yudhistira adalah berdarah putih (orang suci) yang dalam selama hidupnya ia
tidak pernah berbohong. Yudhistira (versi Islam) memiliki Pusaka yang sangat
ampuh yaitu Jamus Kalimosodo. Dengan senjata inilah Prabu Salyo tumbang
dipeperangan.
Masyarakat Jawa kala itu terheran heran dan berbondong bondong
ingin mengetahui apa itu Jamus Kalimosodo. Setelah diteliti adalah 2
kalimat Syahadat, sehingga tanpa paksaan orang Jawa kala itu masuk Islam dan
meninggalkan ajaran terdahulunya. Yang lebih menarik untuk dikaji bahwa setiap
pagelaran wayang yang dilakukan Sunan Kalijaga selalu penonton diwajibkan untuk
berwudhu sebagai simbol pensucian jiwa dan raganya ketika hendak menyaksikan
pagelaran Wayang yang mana pada saat ini tidak ditemukan dalam setiap pagelaran
wayang dizaman modern ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar